Provinsi Maluku
1. Sejarah singkat Provinsi Maluku
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas dan Molukken adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia, lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir menyebutkan adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru.
Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise, kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa Kota Ambon Manise sudah semakin padat, sumpek, dan tidak lagi layak untuk menampung jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan ibu kotapProvinsi akan menjadi kota biasa karena ibu kota direncanakan pindah ke negeri Makariki di Kabupaten Maluku Tengah.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam Sunni yang dianut 50,8 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku.[2] Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon. Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan suatu tanda penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang diletakkan di ACC (Ambon City Centre).
Pada tahun 1999 ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon melanda Maluku, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibu kota di Sofifi. Namun, karena Kota Sofifi dinilai belum siap menjadi ibu kota maka pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di Kota Ternate yang berada di Pulau Ternate.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
2. Asal nama Maluku
Pendapat pertama menyatakan kata Maluku berasal dari bahasa Arab yaitu kata Al-Mulk, Al-Mulk berarti sebagai tanah atau pulau atau negeri para raja. Hal ini memang benar karena Maluku sampai sekarang pun terdiri atas negeri-negeri kecil yang lumayan banyak dengan rajanya sendiri-sendiri.
Pendapat kedua menyatakan kata Maluku berasal dari bahasa Ternate yaitu kata Moloku atau Moloko, dua kata itu Moloku atau Moloko sama-sama berarti sebagai tanah air. Hal ini tercermin dari perkataan bangsa Ternate di masa lampau yang menyebutkan bumi Maluku belahan utara sebagai Moloku Kie Raha yang berarti tanah air dengan empat gunung. Keempat gunung yang dimaksud adalah 4 kerajaan atau kesultanan besar dari Maluku Utara yaitu Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Bacan, dan Jailolo.
3. Maluku
Semboyan: Siwa Lima
( Saling Memiliki) | |||
Dasar hukum
|
UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003
| ||
Ibu kota
| |||
Pemerintahan
| |||
• Gubernur
| |||
Area
| |||
• Total
|
705,645 km2 (272,451 mil²)
| ||
• Darat
|
47,350.42 km2 (18,282.10 mil²)
| ||
• Air
|
658,294.69 km2 (254,169.00 mil²)
| ||
1700-an buah lebih yang terdiri atas beberapa pulau besar dan banyak pulau kecil
| |||
Populasi (2010)[1]
| |||
• Total
|
1,533,506
| ||
• Kepadatan
|
2.2/km2 (5.6/sq mi)
| ||
Demografi
| |||
• Agama
| |||
• Bahasa
|
Bahasa Ambon (utama), serta 140-an lebih bahasa-bahasa lainnya
| ||
12 kabupaten
| |||
2 kota
| |||
98 kecamatan
| |||
33 kelurahan dan 989 negeri
| |||
Rasa Sayang e, Sarinande, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Burung Kaka Tua, Burung Tantina, Pela e, Huhate, Manise, Kole-Kole, Lembe-Lembe, Ouw Ullath e.
|
4. Sosial budaya
Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2.300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri]]. Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden, dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli, dan lain-lain). Ditemukan pula fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez, dan lain-lain) serta fam-fam Arab yang langsung dari Hadramaut (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff, dan lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai), dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap di sana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang di kemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda (yang dianggap sebagai tanah air kedua oleh orang Maluku selain tanah Maluku itu sendiri), Suriname, dan Australia. Komunitas Maluku di wilayah lain di Indonesia dapat ditemui di Medan, Palembang, Bandung, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Kupang, Manado, Kalimantan Timur, Sorong, dan Jayapura.
5. Bahasa
Bahasa yang digunakan di Provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi, bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab, dan Belanda.
Bahasa Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk di wilayah Provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia Timur lainnya seperti orang Ternate, Manado, Kupang, dll. karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formal seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara, dan pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu:
- Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat).
- Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala, dan Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.
- Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu antara Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti.
- Bahasa Atiahu, dipakai oleh tiga negeri yang juga termasuk rumpun Nuaulu yakni Negeri Atiahu, Werinama, dan Batuasa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur.
- Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar Manusela dan Gunung Kabauhari.
- Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur.
- Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara.
Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa di atas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak lama yaitu Bahasa Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda, dan Inggris) menginjakkan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid)
6. Agama
Masjid di Kaitetu di awal abad ke-20
Umat Islam tengah melaksanakan shalat Jum'at di Masjid Tulehu.
Penduduk Maluku menganut 3 agama utama yaitu Islam Sunni sebanyak 50,8%, Kristen Protestan sebanyak 41,6%, dan Katolik sebanyak 6,8% penduduk. Penyebaran agama Islam dilakukan oleh Kesultanan Iha, Saulau, Hitu, dan Hatuhaha serta pedagang Arab yang mengunjungi Maluku. Sementara penyebaran agama Kristen dilakukan oleh misionaris-misionaris dari Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2013 tercatat yaitu sebagai berikut:
- Masjid sebanyak hampir 2 ribu buah
- Gereja sebanyak 2.345 buah
- Pura sebanyak 10 buah
- Vihara sebanyak 5 buah.
Gereja Protestan Maluku atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh negeri Sarane di seluruh Maluku. Pada tahun 2013, jemaah haji yang pergi ke Mekkah dari Provinsi Maluku ialah sebanyak 1.009 orang, di mana jemaah haji terbanyak berasal dari Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebanyak 506 orang.
7. Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
1
|
Namlea
| |
2
|
Namrole
| |
3
|
Dobo
| |
4
|
Tiakur
| |
5
|
Masohi
| |
6
|
Langgur
| |
7
|
Saumlaki
| |
8
|
Piru (de facto)
| |
9
|
Bula (de facto)
| |
10
|
-
| |
11
|
-
|
Daftar Gubernur
Sebagai suatu provinsi tertua di wilayah Indonesia, Maluku telah diperintah berbagai bangsa penjelajah selama berabad-abad. Adapun daftar Gubernur Maluku sejak Zaman Kolonial dimulai dari Pemerintahan Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris hingga Masa Kemerdekaan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama
|
Masa jabatan
|
A
|
Masa Pemerintahan Portugal
|
1522- 1605
|
1
|
Antonio de Brito
|
1522 - 1525
|
2
|
Garcia Henriques
|
1525 - 1527
|
3
|
Jorge de Meneses
|
1527 - 1530
|
4
|
Gonçalo Pereira
|
1530 - 1531
|
5
|
Vicente da Fonseca
|
1531 - 1534
|
6
|
Tristão de Ataide
|
1534 - 1536
|
7
|
Antonio Galvão
|
1536 - 1540
|
8
|
Jorge de Castro
|
1540 - 1544
|
9
|
Jordão de Freitas
|
1544 - 1546
|
10
|
Bernaldim de Sousa
|
1546 - 1549
|
11
|
Cristovão de Sa
|
Oct 1549 - Oct 1550
|
12
|
Francisco Lopes de Sousa
|
1552 - Feb 1554
|
13
|
Cristovão de Sa (memerintah untuk kedua kalinya)
|
Feb 1554 - Nov 1555
|
14
|
Duarte d'Eça
|
1555 - Dec 1558
|
15
|
António Pereira Brandão
|
Dec 1558 - Oct 1560
|
16
|
Manoel de Vasconcellos
|
Oct 1560 - 1561
|
17
|
Bastião Machado
|
Oct 1560 - 1561
|
18
|
Henrique de Sa
|
Mar 1562 - 1564
|
19
|
Alvaro de Mendonça
|
1564 - 1567
|
20
|
Diogo Lopes de Mesquita
|
1567 - 1571
|
21
|
Alvaro de Ataide
|
1571 - Dec 1574
|
22
|
Nuno Pereira de Lacerda
|
Dec 1574 - 28 Dec 1575
|
23
|
Sancho de Vasconcellos
|
1575 - 1578
|
24
|
Diogo de Azambuja
|
Dec 1582 - Jan 1586
|
25
|
Duarte Pereire de Sampaio
|
Jan 1586 - 1589
|
26
|
Rui Dias da Cunha
|
1589 - 1592
|
27
|
Tristão de Sousa
|
1592 - 1595
|
28
|
Julião de Noronha
|
1595 - 20 Nov 1598
|
29
|
Rui Gonçalves de Sequeira
|
20 Nov 1598 - Feb 1602
|
30
|
Pedro Alvares de Abreu
|
Feb 1602 - 19 May 1605
|
B
|
Masa Pemerintahan Spanyol
|
1606 - 1663
|
1
|
Juan de Esquivel
|
1606 - 1609
|
2
|
Lucas de Vergara Gaviria
|
1606 - 1609
|
3
|
Cristobál de Azcueata Menchaca
|
1610 - 1612
|
4
|
Jerónimo de Silva
|
1612 - 1617
|
5
|
Lucas de Vergara Gaviria (memerintah untuk kedua kalinya)
|
1617 - 1620
|
6
|
Luis de Bracamonte
|
1620 - 1623
|
7
|
Pedro de Heredia
|
1623 - 1636
|
8
|
Pedro Muñoz de Carmona y Mendiola
|
1636 - 1640
|
9
|
Francesco Suárez de Figueroa
|
1640 - 1642
|
10
|
Pedro Fernández del Rio
|
1642 - 1643
|
11
|
Lorenzo de Olaso Achotegui
|
1643 - 1652
|
12
|
Pedro Fernández del Rio (memerintah untuk kedua kaliya)
|
1652
|
13
|
Francesco de Esteybar
|
1652 - 1656
|
14
|
Diego Sarria Lascano
|
1659 - 1660
|
15
|
Francesco de Esteybar (memerintah untuk kedua kalinya)
|
1658 - 1659
|
16
|
Francesco de Atienza Ibañez
|
1659 - 1660
|
17
|
Juan de Chaves
|
1660 - 1661
|
18
|
Agustín de Cepeda Carnacedo
|
1661 - 1663
|
19
|
Francesco de Atienza Ibañez (memerintah untuk kedua kalinya)
|
1663
|
C
|
Masa Pemerintahan Belanda
|
1599 - 1801
|
1
|
Frank van der Does
|
1599 - c.1602
|
2
|
Jan Pieterszen Suyer
|
Jan 1601 - 1602
|
3
|
Christiaen Adriaensz den Dorst
|
Sep 1602 - 1604
|
4
|
Anthonie van Suylen van Nyevelt
|
Sep 1602 - 1604
|
5
|
Adriaan Antoniszen
|
Jul 1605 - Mar 1606
|
6
|
Gerrit Gerritszen van der Buis & Pieter Janszen Boenen
|
1607 - 1608
|
7
|
Adriaen Woutersz
|
1608 - 1610
|
8
|
Paulus van Caerden
|
1610 - 1612
|
9
|
Pieter Both
|
1612 - 1616
|
10
|
Laurens Reaal
|
1616 - 1621
|
11
|
Frederik Houtman
|
1621 - 1623
|
12
|
Jacques le Fèbre
|
1623 - 1627
|
13
|
Gilles van Zeijst
|
1627 - 1628
|
14
|
Pieter Wagensveld
|
1628 - 1629
|
15
|
Gijsbert van Lodestein
|
1629 - 1633
|
16
|
Johan Ottens
|
1633 - 1635
|
17
|
Jan van Broekom
|
1635 - 1640
|
18
|
Anthonij Caen
|
1640 - 1642
|
19
|
Wouter Seroijen
|
1642 - 1648
|
20
|
Gaspar van den Bogaerde
|
1648 - 1653
|
21
|
Jacob Hustaart
|
1653 - 1656
|
22
|
Simon Cos
|
1656 - 1662
|
23
|
Anthonij van Voorst
|
1662 - 1667
|
24
|
Maximilian de Jong
|
1667 - 1669
|
25
|
Abraham Verspreet
|
1669 - 1672
|
26
|
Cornelis Franks
|
1672 - 1674
|
27
|
Willem Corput
|
1675 - 1675
|
28
|
Willem Harthouwer
|
1676 - 1676
|
29
|
Jacob de Ghein
|
1676 - 1677
|
30
|
Robbert Padtbrugge
|
1677 - 1682
|
31
|
Jacob Lobs
|
1682 - 1686
|
32
|
Johan Henrik Thim
|
1686 - 1689
|
33
|
Johannes Cops
|
1689 - 1692
|
34
|
Cornelis van der Duin
|
1692 - 1696
|
35
|
Salomon le Sage
|
1696 - 1701
|
36
|
Pieter Rooselaar
|
1701 - 1706
|
37
|
Jacob Claaszoon
|
1706 - 1710
|
38
|
David van Petersom
|
1710 - 1715
|
39
|
Jacob Bottendorp
|
1715 - 1720
|
40
|
Antoni Heinsius
|
1720 - 1723
|
41
|
Jacob Cloeck
|
1723 - 1724
|
42
|
Joan Happon
|
1724 - 1728
|
43
|
Jacob Christiaan Pielat
|
1728 - 1731
|
44
|
Elias de Haeze
|
1728 - 1731
|
45
|
Johannes Bernard
|
1728 - 1731
|
46
|
Paulus Rouwenhoff
|
1735 - 1739
|
47
|
Marten Lelievelt
|
1739 - 1744
|
48
|
Gerrard van Brandwijk van Blokland
|
1744 - 1750
|
49
|
J. E. van Mijlendonk
|
1750 - 1754
|
50
|
Abraham Abeleven
|
1754 - 1758
|
51
|
Jacob van Schoonderwoert
|
1754 - 1758
|
52
|
Hendrik Breton
|
1766 - 1767
|
53
|
Paulus Jacob Valckenaer
|
1771 - 1778
|
54
|
Jacob Roeland Thomaszen
|
1778 - 1780
|
55
|
Alexander Cornabé
|
1780 - 1793
|
56
|
J. Ekenholm
|
1793 - 1796
|
57
|
Johan Godfried Burdach
|
1796 - 1799
|
58
|
Willem Jacob Cranssen
|
13 Sep 1799 - 21 Jun 1801
|
D
|
Masa Pemerintahan Inggris
|
1801 - 1817
|
1
|
K. T. Farquhar
|
21 Jun 1801 - 1803
|
2
|
H. Webber
|
1803
|
3
|
Peter Adrianus Goldbach
|
1803 - 1804
|
4
|
Carel Lodewijk Wieling
|
1804 - 1809
|
5
|
R. Coop à Groen
|
1809 - 1810
|
7
|
E. Tucker
|
1810 - 1811
|
8
|
Forbes
|
1811
|
9
|
W. Ewer
|
1811 - 1813
|
10
|
W. G. Mackenzie
|
1813 - 1815
|
11
|
R. Stuart
|
1815 - 1816
|
12
|
W. G. Mackenzie (memerintah untuk kedua kalinya)
|
1816 - 20 Apr 1817
|
E
|
Masa Kemerdekaan Indonesia
|
1950 - sekarang
|
1
|
Mr. J.J. Latuharhary
|
1950 - 1955
|
2
|
1955 - 1960
| |
3
|
1960 - 1965
| |
4
|
1965 - 1968
| |
5
|
Soemitro
|
1968 - 1973
|
6
|
Soemeru
|
1973 - 1975
|
7
|
1975 - 1985
| |
8
|
Sebastian Soekoso
|
1985 - 1993
|
9
|
1993 - 1998
| |
10
|
1998 - 2003
| |
11
|
Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu
|
2003 - 2013
|
12
|
2014 - 2019
|
8. Perekonomian
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.
Kondisi geografis Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya alam di sektor perikanan dan kelautan dapat dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian subsektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi.
Sumber Daya Hutan
Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan potensi sumber daya hutan:
- Hutan Konversi: 475.433 Ha
- Hutan Lindung: 774.618 Ha
- Hutan Produksi Terbatas: 865.947 Ha
- Hutan Produksi Tetap: 908.702 Ha
- Hutan yang dapat dikonversi: 1.633.646 Ha
Potensi Tambang dan Mineral
Adapun daerah penghasil tambang dan Mineral di Provinsi Maluku adalah:
- Emas: Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Pulau Romang
- Mercuri: Pulau Damar
- Perak: Pulau Romang
- Logam Dasar: Pulau Haruku dan Nusalaut
- Kuarsa: Pulau Buru
- Minyak Bumi: Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan minyak di Maluku Barat Daya.
- Mangaan: Laut Banda
Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan kepulauan bahari terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu
- Kepulauan Banda
- Kepulauan Kei
- Kepulauan Aru
- Maluku Tenggara Barat
- Maluku Barat Daya
Potensi Perikanan dan Sumber Daya Air Maluku
Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai berikut : - Laut Banda : 277.890 ton/tahun - Laut Arafura : 771.500 ton/tahun - Laut Seram : 590.640 ton/tahun
Berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain : ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi.
Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena, pulau pulau terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang, lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia tercatat berada di blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat).
Pariwisata
Profil pariwisata Maluku yang berisikan objek dan daya tarik maupun mengunjungi Maluku, merupakan kenyataan-kenyataan potensi kepariwisataan yang begitu menjanjikan terutama bagi wisatawan untuk saatnya datang berkunjung menyaksikan keindahan alam meliputi : Ketersediaan daya tarik bawah laut sesuai dengan karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan, Gunung api, Gunung api bawah laut, Daerah perbukitan, Pemandangan alam, Teluk, Danau dan Keramah-tamahan masyarakat Maluku yang sudah dikenal sejak dahulu dengan tradisi masyarakat yang menganggap Wisatawan Sebagai Raja.
Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang. Bahkan dibeberapa daerah,pariwisatanya sudah terkenal sampai ke mancanegara. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku antara lain:
- Taman Laut Manusela
Pemandangan Taman Laut yang indah mengingat pantai di Maluku masih banyak yang belum terjamah. Wisata ini dapat dinikmati di Pulau Tiga, Manusela Beach, Pulau Banda.
- Pantai Pasir Panjang
Pantai Pasir Panjang yang di Tual Maluku Tenggara merupakan pantai yang sangat menakjubkan dengan pasir putihnya yang sangat panjang dan lembut menyerupai tepung itu membuat mata tak tahan melihatnya disiang hari karena memancarkan cahaya yang menyilaukan.
- Pantai Natsepa, Ambon
Pantai berpasir putih ini terletak di tepi jalan Provinsi dan menghadap ke beberapa Pulau. Sambil menikmati keindahan panorama juga dapat menikmati es kelapa muda dan rujak buah khas Natsepa. Sangat bagus untuk liburan akhir pekan keluarga dan kerabat sayang kalau tidak menikmatinya
- Pintu Kota, Ambon
Pantai pintu kota yang juga masih ada di ujung Pulau Ambon ini sangat menarik dengan batu karang khasnya yang sangat besar dan berlubang seperti pintu dan ada lorong di bawahnya membuat wisatawan yang datang tak henti-hentinya mengabadikan salah satu wujud kebesaran Tuhan yang sulit ditemui di tempat lain. Pintu kota juga merupakan sebuah batu karang besar berbentuk gapura yang yang menjorok ke Laut Banda di antara Desa Airlouw dan Desa Seri, sebelah Jazirah Leitimor. Tersedia beberapa fasilitas berteduh terutama untuk menikmati panorama matahari terbit dan bentuk-bentuk batu karang yang spesifik.
- Benteng Duurstede, Saparua
- Benteng Amsterdam, Ambon
- Benteng Victoria, Ambon
- Banda Neira, Banda
- Benteng Belgica, Banda
- Pantai Hunimua, Ambon (Pantai Liang)
Terletak di sebelah timur laut jazirah Leihitu berhadapan dengan Pulau Seram berpasir putih sepajang kurang lebih 4 km, berjarak 40 km dari pusat kota. Air lautnya bening mengundang setiap pengunjung untuk terjun ke laut. Sebuah restoran di laut milik masyarakat setempat menyediakan makan khas Malauku, ikan bakar dan colo-colo. Bersebelahan dengan pantai ini terdapat Dermaga Feri untuk penyerbangan ke Pulau Seram, bekas lapang terbang Jepang yang dipakai zaman Perang Dunia II. Di seberang pantai ini terletak cagar alam/taman laut Pulau Pombo sebuah pulau karang atoll berpasir putih dan dihuni oleh burung-burung Pombo (merpati).
9. Alat music tradisional
Alat Musik Tradisional Maluku
Deskripsi :
Ibu kota Maluku adalah Ambon, yang bergelar Ambon Manise. Seni dan budaya Maluku banyak dipengaruhi oleh budaya bangsa Eropa, terlihat dari salah satu tarian yaitu tarian yaitu tari Katreji, tarian ini sangat energik dan diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa, dan bas gitar dengan pola rithem musik Eropa yang lebih menonjol. Tarian lain yang terkenal di Maluku adalah tarian Bambu Gila, tari Cakalele, dan tari Saureka-reka. Alat musik tradisional warisan nenek moyang yang sering digunakan diberbagai upacara dan kesenian tradisional adalah Tifa, Ukulele, dan Sawat. Diluar dari beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional, maka terlahirlah penyanyi terkenal seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Glen Fredly dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berikut beberapa galeri tampilan alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Maluku, klik masing-masing gambar untuk memperbesar tampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Maluku_-_Wikipedia_bahasa_Indonesia,_ensiklopedia_bebas
Baccarat Strategy - Everything You Need to Know
BalasHapusHere 바카라사이트 are some tips to playing baccarat in the deccasino casino. You can also enjoy the chance choegocasino of winning real money. Here are some basic strategies to